Kesempurnaan Agama akan terwujud Dengan Dakwah ilallah, Ta'lim Wa Ta'lum, Dzikir Ibadah & Khikmad !!!!!
Sabtu, 07 Januari 2012
HADITS ??????
KITAB KITAB HADIST & BEBERAPA ISTILAH DALAM ILMU HADIST
Oleh Laa Ilaaha Illallah di TA'LIM WA TA'LUM
Berdasarkan masa penghimpunan Al Hadits
Abad ke 2 H
Beberapa kitab yang terkenal :
- Al Muwaththa oleh Malik bin Anas
- Al Musnad oleh Ahmad bin Hambal (tahun 150 - 204 H / 767 - 820 M)
- Mukhtaliful Hadits oleh As Syafi'i
- Al Jami' oleh Abdurrazzaq Ash Shan'ani
- Mushannaf Syu'bah oleh Syu'bah bin Hajjaj (tahun 82 - 160 H / 701 - 776 M)
- Mushannaf Sufyan oleh Sufyan bin Uyainah (tahun 107 - 190 H / 725 - 814 M)
- Mushannaf Al Laist oleh Al Laist bin Sa'ad (tahun 94 - 175 / 713 - 792 M)
- As Sunan Al Auza'i oleh Al Auza'i (tahun 88 - 157 / 707 - 773 M)
- As Sunan Al Humaidi (wafat tahun 219 H / 834 M)
Abad ke 3 H
- Musnadul Kabir oleh Ahmad bin Hambal dan 3 macam lainnya yaitu Kitab Shahih, Kitab Sunan dan Kitab Musnad yang selengkapnya :
- Al Jami'ush Shahih Bukhari oleh Bukhari (194-256 H / 810-870 M)
- Al Jami'ush Shahih Muslim oleh Muslim (204-261 H / 820-875 M)
- As Sunan Ibnu Majah oleh Ibnu Majah (207-273 H / 824-887 M)
- As Sunan Abu Dawud oleh Abu Dawud (202-275 H / 817-889 M)
- As Sunan At Tirmidzi oleh At Tirmidzi (209-279 H / 825-892 M)
- As Sunan Nasai oleh An Nasai (225-303 H / 839-915 M)
- As Sunan Darimi oleh Darimi (181-255 H / 797-869 M)
Abad ke 4 H
- Al Mu'jamul Kabir oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
- Al Mu'jamul Ausath oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
- Al Mu'jamush Shaghir oleh Ath Thabarani (260-340 H / 873-952 M)
- Al Mustadrak oleh Al Hakim (321-405 H / 933-1014 M)
- Ash Shahih oleh Ibnu Khuzaimah (233-311 H / 838-924 M)
- At Taqasim wal Anwa' oleh Abu Awwanah (wafat 316 H / 928 M)
- As Shahih oleh Abu Hatim bin Hibban (wafat 354 H/ 965 M)
- Al Muntaqa oleh Ibnu Sakan (wafat 353 H / 964 M)
- As Sunan oleh Ad Daruquthni (306-385 H / 919-995 M)
- Al Mushannaf oleh Ath Thahawi (239-321 H / 853-933 M)
- Al Musnad oleh Ibnu Nashar Ar Razi (wafat 301 H / 913 M)
Abad ke 5 H dan selanjutnya
- Hasil penghimpunan
1. Jami'ul Ushul oleh Ibnu Atsir Al Jazari (556-630 H / 1160-1233 M)
2. Tashiful Wushul oleh Al Fairuz Zabadi (? - ? H / ? - 1084 M)
* Bersumber dari kkutubus sittah dan kitab lainnya, yaitu :
Jami'ul Masanid oleh Ibnu Katsir (706-774 H / 1302-1373 M)
* Bersumber dari selain kutubus sittah, yaitu :
Jami'ush Shaghir oleh As Sayuthi (849-911 H / 1445-1505 M)
- Hasil pembidangan (mengelompokkan ke dalam bidang-bidang)
* Kitab Al Hadits Hukum, diantaranya :
1. Sunan oleh Ad Daruquthni (306-385 H / 919-995 M)
2. As Sunannul Kubra oleh Al Baihaqi (384-458 H / 994-1066 M)
3. Al Imam oleh Ibnul Daqiqil 'Id (625-702 H / 1228-1302 M)
4. Muntaqal Akhbar oleh Majduddin Al Hirani (? - 652 H / ? - 1254 M)
5. Bulughul Maram oleh Ibnu Hajar Al Asqalani (773-852 H / 1371-1448 M)
6. 'Umdatul Ahkam oleh 'Abdul Ghani Al Maqdisi (541-600 H / 1146-1203 M)
7. Al Muharrar oleh Ibnu Qadamah Al Maqdisi (675-744 H / 1276-1343 M)
* Kitab Al Hadits Akhlaq
1. At Targhib wat Tarhib oleh Al Mundziri (581-656 H / 1185-1258 M)
2. Riyadhus Shalihin oleh Imam Nawawi (631-676 H / 1233-1277 M)
- Syarah (semacam tafsir untuk Hadist)
- Untuk Shahih Bukhari terdapat Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Asqalani (773-852 H / 1371-1448 M)
- Untuk Shahih Muslim terdapat Minhajul Muhadditsin oleh Imam Nawawi (631-676 H / 1233-1277 M)
- Untuk Shahih Muslim terdapat Al Mu'allim oleh Al Maziri (wafat 536 H / 1142 M)
- Untuk Muntaqal Akhbar terdapat Nailul Authar oleh As Syaukani (wafat 1250 H / 1834 M)
- Untuk Bulughul Maram terdapat Subulussalam oleh Ash Shan'ani (wafat 1099 H / 1687 M)
- Mukhtashar (ringkasan)
- Untuk Shahih Bukhari diantaranya Tajridush Shahih oleh Al Husain bin Mubarrak (546-631 H / 1152-1233 M)
- Untuk Shahih Muslim diantaranya Mukhtashar oleh Al Mundziri (581-656 H / 1185-1258 M)
- Lain-lain
- Kitab Al Kalimuth Thayyib oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H / 1263-1328 M) berisi hadis-hadis tentang doa.
- Kitab Al Mustadrak oleh Al Hakim (321-405 H / 933-1014 M) berisi Hadis yang dipandang shahih menurut syarat Bukhari atau Muslim dan menurut dirinya sendiri.
Beberapa istilah dalam ilmu hadis
Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat beberapa istilah yang dijumpai pada ilmu hadis antara lain:
- Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal dengan Hadis Bukhari dan Muslim
- As Sab'ah berarti tujuh perawi yaitu: Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah
- As Sittah maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut di atas selain Ahmad bin Hambal(Imam Ibnu Majah)
- Al Khamsah maksudnya lima perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Imam Bukhari dan Imam Muslim
- Al Arba'ah maksudnya empat perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim
- Ats Tsalatsah maksudnya tiga perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.
SEJARAH EMPAT MAZHAB / ALIRAN FIQH
SEJARAH EMPAT MAZHAB / ALIRAN FIQH
Ahlu Al-Sunnah wa al-Jama'ah atau Ahlus-Sunnah wal Jama'ah (Bahasa Arab: أهل السنة والجماعة) atau lebih sering disingkat Ahlul-Sunnah (bahasa Arab: أهل السنة) atau Sunni adalah mereka yang senantiasa tegak di atas Islam berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang shahih dengan pemahaman para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.
Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya dalam seluruh perkara yang Rasulullah berada di atasnya dan juga para sahabatnya. Oleh karena itu Ahlus Sunnah yang sebenarnya adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.
Sejarah
Fitnah di tubuh Islam
Kesalahpahaman dalam kepemimpinan pada saat wafatnya Rasulullah Muhammad
Ketika Rasulullah Muhammad SAW wafat, maka terjadilah kesalahpahaman antara golongan Muhajirin dan Anshar siapa yang selanjutnya menjadi pemimpin kaum muslimin. Para sahabat melihat hal ini akan mengakibatkan perselisihan antar kaum muslimin muhajirin dan anshor. Setelah masing-masing mengajukan delegasi untuk menentukkan siapa Khalifah pengganti Rasulullah. Akhirnya disepakati oleh kaum muslimin untuk mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah.
Fitnah masa khalifah ke-3
Pada masa kekhalifahan ke-3, Utsman bin Affan, terjadi fitnah yang cukup serius di tubuh Islam pada saat itu, yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman. Pembunuhnya ialah suatu rombongan delegasi yang didirikan oleh Abdullah bin Saba' dari Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya. Abdullah bin Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak saat itu, terutama disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman, berhasil membunuh beliau dengan sadis ketika beliau sedang membaca Qur'an.
Fitnah masa khalifah ke-4
Segera setelah bai'at Khalifah Ali mengalami kesulitan bertubi-tubi. Orang-orang yang terpengaruh Abdullah bin Saba' terus menerus mengadu domba para sahabat. Usaha mereka berhasil. Para sahabat salah paham mengenai kasus hukum pembunuhan Utsman. Yang pertama berasal dari janda Rasulullah SAW, Aisyah, yang bersama dengan Thalhah dan Zubair berhasil diadu domba hingga terjadilah Perang Jamal atau Perang Unta. Dan kemudian oleh Muawiyah yang diangkat oleh Utsman sebagai Gubernur di Syam, mengakibatkan terjadinya Perang Shiffin. Melihat banyaknya korban dari kaum muslimin, maka pihak yang berselisih mengadakan ishlah atau perdamaian. Para pemberontak tidak senang dengan adanya perdamaian di antara kaum muslimin. Kemudian terjadi usaha pembangkangan oleh mereka yang pada awalnya berpura-pura / munafik. Merekalah Golongan Khawarij
Tahun Jama'ah
Kaum Khawarij ingin merebut kekhalifahan. Tapi terhalang oleh Ali dan Muawiyah, sehingga mereka merencanakan untuk membunuh keduanya. Ibnu Muljam dari Khawarij berhasil membunuh Khalifah Ali pada saat khalifah mengimami salat subuh di Kufah, tapi tidak terhadap Muawiyah karena dijaga ketat. Bahkan Muawiyah berhasil mengkonsolidasikan diri dan umat Islam, berkat kecakapan politik dan ketegaran kepemimpinannya. Karena belajar oleh berbagai pertumpahan darah, kaum muslim secara pragmatis dan realistis mendukung kekuasaan de facto Muawiyah. Maka tahun itu, tahun 41 Hijriyah, secara khusus disebut tahun persatuan ('am al-jama'ah).
Sunnah Madinah
Kaum muslimin mendalami agama berdasarkan Al-Qur'an, dan memperhatikan serta ingin mempertahankan sunnah Nabi di Madinah. Akhirnya ilmu hadits yang berkembang selama beberapa abad, sampai tuntasnya masalah pembukuan hadis sebagai wujud nyata Sunnah pada sekitar akhir abad ke-3 hijriyah. Saat itu, lengkap sudah kodifikasi hadis dan menghasilkan al-Kutub al-Sittah (Buku Yang Enam) yakni oleh al-Bukhari (w. 256 H), Muslim (w. 261 H), Ibnu Majah (w. 273 H), Abu Dawud (w. 275), al-Turmudzi (w. 279 H), dan al-Nasa'i (w. 303 H).
Perkembangannya kemudian
Ahlus-Sunnah pada masa kekuasaan Bani Umayyah masih dalam keadaan mencari bentuk, hal ini dapat dilihat dengan perkembangan empat mazhab yang ada di tubuh Sunni. Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi, hidup pada masa perkembangan awal kekuasaan Bani Abbasiyah.
Mazhab / aliran Fikih
Terdapat empat mazhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim Sunni. Di dalam keyakinan sunni empat mazhab yang mereka miliki valid untuk diikuti. Perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat fundamental. Perbedaan mazhab bukan pada hal Aqidah (pokok keimanan) tapi lebih pada tata cara ibadah. Para Imam mengatakan bahwa mereka hanya ber-ijtihad dalam hal yang memang tida ada keterangan tegas dan jelas dalam Alquran atau untuk menentukan kapan suatu hadis bisa diamalkan dan bagaimana hubungannya dengan hadis-hadis lain dalam tema yang sama. Mengikuti hasil ijtihad tanpa mengetahui dasarnya adalah terlarang dalam hal akidah, tetapi dalam tata cara ibadah masih dibolehkan, karena rujukan kita adalah Rasulullah saw. dan beliau memang tidak pernah memerintahkan untuk beribadah dengan terlebih dahulu mencari dalil-dalilnya secara langsung, karena jika hal itu wajib bagi setiap muslim maka tidak cukup waktu sekaligus berarti agama itu tidak lagi bersifat mudah.
Hanafi
Didirikan oleh Imam Abu Hanifah, Mazhab Hanafi adalah yang paling dominan di dunia Islam (sekitar 45%), penganutnya banyak terdapat di Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka, dan Maladewa), Mesir bagian Utara, separuh Irak, Syria, Libanon dan Palestina (campuran Syafi'i dan Hanafi), Kaukasia (Chechnya, Dagestan).
Dasar-dasar Abu Hanifah dalam Menetapkan suatu hukum fiqh bisa dilihat dari urutan berikut:
- Al-Qur'an
- Sunnah, dimana beliau selalu mengambil sunnah yang mutawatir/masyhur. Beliau mengambil sunnah yang diriwayatkan secara ahad hanya bila rawi darinya tsiqah.
- Pendapat para Sahabat Nabi (Atsar)
- Qiyas
- Istihsan
- Ijma' para ulama
- Urf masyarakat muslim
Abu Hanifah mempunyai murid-murid yang meneruskan mazhab beliau. Di antara murid-murid tersebut adalah:
- Abu Yusuf (Ya'kub bin Ibrahim Al-Anshari)
- Muhammad bin Al-Hasan As-Shaybani
- Zufar bin Hudhayl bin Qays Al-Kufi
- Al-Hasan bin Ziyad Al-Lu'lu'i Al-Kufi
Begitu pun fuqaha'-fuqaha' (Ulama ahli Fiqh) yang mengikuti mazhab Imam Hanafi. Di antara mereka adalah:
- Yahya bin Akhtam bin Muhammad bin Qatn At-Tamimi Al-Marwazi
- Hilal bin Yahya bin Muslim Al-Basri
- Abu Abdullah Muhammad bin Shuja' Al-Tsalji
- Ahmad bin Al-Hasan Abu Sa'id Al-Barda'i
- Muhammad bin Musa bin Muhammad Abu Bakr Al-Khawarizmi
- 'Ala' Ad-Din Muhammad bin Ahmad bin Abi Ahmad As-Samarqandi
- 'Ala' Ad-Din Abu Bakr bin Mas'ud bin Ahmad Al-Kasani
- Muhammad Amin bin Umar bin Abdul Aziz Ad-Dimasyqi (Ibn Abidin)
Kehadiran mazhab-mazhab ini mungkin tidak bisa dilihat sebagai perbedaan mutlak seperti dalam agama Kristen (Protestan dan Katolik) dan beberapa agama lain. Sebaliknya ini merupakan perbedaan melalui pendapat logika dan ide dalam memahami Islam. Perkara pokok seperti akidah atau tauhid masih sama dan tidak berubah.
Maliki
Didirikan oleh Imam Malik, diikuti oleh sekitar 20% muslim di seluruh dunia. Mazhab ini dominan di negara-negara Afrika Barat dan Utara. Mazhab ini memiliki keunikan dengan menyodorkan tatacara hidup penduduk madinah sebagai sumber hukum karena Nabi Muhammad hijrah, hidup dan meninggal di sana dan kadang-kadang kedudukannya dianggap lebih tinggi dari hadits.
Mazhab ini berpegang pada :
- Al-Qur'an
- Hadits Rasulullah yang dipandang sah
- Ijma' ahlul Madinah. Terkadang menolak hadits yang berlawanan atau yang tak diamalkan ulama Madinah
- Qiyas
- Istilah
Mazhab ini kebanyakan dianut oleh penduduk Tunisia, Maroko, al-Jazair, Mesir Atas dan beberapa daerah taslim Afrika.
Mazhab ini menjadi dasar hukum Arab Saudi.
Syafi'i
Dinisbatkan kepada Imam Syafi'i memiliki penganut sekitar 28% muslim di dunia. Pengikutnya tersebar di Turki, Irak, Syria, Iran, Mesir, Somalia, Yaman, Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Sri Lanka dan menjadi mazhab resmi negara Malaysia dan Brunei.
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (bahasa Arab: محمد بن إدريس الشافعي) yang akrab dipanggil Imam Syafi'i (Gaza, Palestina, 150 H / 767 - Fusthat, Mesir 204H / 819M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana.
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Pemikiran fiqh mazhab ini diawali oleh Imam Syafi'i, yang hidup di zaman pertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang pada teks hadist) dan Ahlur Ra'yi (cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad). Imam Syafi'i belajar kepada Imam Malik sebagai tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah. Imam Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i menolak Istihsan dari Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun demikian Mazhab Syafi'i menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i sebagai ulama fiqh, ushul fiqh, dan hadits di zamannya membuat mazhabnya memperoleh banyak pengikut; dan kealimannya diakui oleh berbagai ulama yang hidup sezaman dengannya.
Dasar-dasar Mazhab Syafi'i dapat dilihat dalam kitab ushul fiqh Ar-Risalah dan kitab fiqh al-Umm. Di dalam buku-buku tersebut Imam Syafi'i menjelaskan kerangka dan prinsip mazhabnya serta beberapa contoh merumuskan hukum far'iyyah (yang bersifat cabang). Dasar-dasar mazhab yang pokok ialah berpegang pada hal-hal berikut.
- Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa yang dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari alasannya dari Al-Qur'an dalam menetapkan hukum Islam.
- Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap sunnah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi).
- Ijma' atau kesepakatan para Sahabat Nabi, yang tidak terdapat perbedaan pendapat dalam suatu masalah. Ijma' yang diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma' para sahabat, bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum; karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.
- Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan istislah sebagai salah satu cara menetapkan hukum Islam.
Imam Syafi'i pada awalnya pernah tinggal menetap di Baghdad. Selama tinggal di sana ia mengeluarkan ijtihad-ijtihadnya, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Qadim ("pendapat yang lama").
Ketika kemudian pindah ke Mesir karena munculnya aliran Mu’tazilah yang telah berhasil memengaruhi kekhalifahan, ia melihat kenyataan dan masalah yang berbeda dengan yang sebelumnya ditemui di Baghdad. Ia kemudian mengeluarkan ijtihad-ijtihad baru yang berbeda, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Jadid ("pendapat yang baru").
Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak semua qaul jadid menghapus qaul qadim. Jika tidak ditegaskan penggantiannya dan terdapat kondisi yang cocok, baik dengan qaul qadim ataupun dengan qaul jadid, maka dapat digunakan salah satunya. Dengan demikian terdapat beberapa keadaan yang memungkinkan kedua qaul tersebut dapat digunakan, dan keduanya tetap dianggap berlaku oleh para pemegang Mazhab Syafi'i.
Penyebar-luasan pemikiran Mazhab Syafi'i berbeda dengan Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki[3], yang banyak dipengaruhi oleh kekuasaan kekhalifahan. Pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i terutama disebar-luaskan dan dikembangkan oleh para muridnya. Murid-murid utama Imam Syafi'i di Mesir, yang menyebar-luaskan dan mengembangkan Mazhab Syafi'i pada awalnya adalah:
- Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 846)
- Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 878)
- Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 884)
Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal sebagai ulama hadits terkemuka dan pendiri fiqh Mazhab Hambali, juga pernah belajar kepada Imam Syafi'i[4]. Selain itu, masih banyak ulama-ulama yang terkemudian yang mengikuti dan turut menyebarkan Mazhab Syafi'i, antara lain:
- Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari
- Imam Bukhari
- Imam Muslim
- Imam Nasa'i
- Imam Baihaqi
- Imam Turmudzi
- Imam Ibnu Majah
- Imam Tabari
- Imam Ibnu Hajar al-Asqalani
- Imam Abu Daud
- Imam Nawawi
- Imam as-Suyuti
- Imam Ibnu Katsir
- Imam adz-Dzahabi
- Imam al-Hakim
Imam Syafi'i terkenal sebagai perumus pertama metodologi hukum Islam. Ushul fiqh (atau metodologi hukum Islam), yang tidak dikenal pada masa Nabi dan sahabat, baru lahir setelah Imam Syafi'i menulis Ar-Risalah. Mazhab Syafi'i umumnya dianggap sebagai mazhab yang paling konservatif di antara mazhab-mazhab fiqh Sunni lainnya. Dari mazhab ini berbagai ilmu keislaman telah bersemi berkat dorongan metodologi hukum Islam yang dikembangkan para pendukungnya.
Karena metodologinya yang sistematis dan tingginya tingkat ketelitian yang dituntut oleh Mazhab Syafi'i, terdapat banyak sekali ulama dan penguasa di dunia Islam yang menjadi pendukung setia mazhab ini. Di antara mereka bahkan ada pula yang menjadi pakar terhadap keseluruhan mazhab-mazhab Sunni di bidang mereka masing-masing. Saat ini, Mazhab Syafi'i diperkirakan diikuti oleh 28% umat Islam sedunia, dan merupakan mazhab terbesar kedua dalam hal jumlah pengikut setelah Mazhab Hanafi.
Hambali
Dimulai oleh para murid Imam Ahmad bin Hambal. Mazhab ini diikuti oleh sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah semenanjung Arab. Mazhab ini merupakan mazhab yang saat ini dianut di Arab Saudi.
Dasar-dasarnya yang pokok ialah berpegang pada :
- al-Qur-an
- Hadits marfu'
- Fatwa sahabat dan mereka yang lebih dekat pada al-Qur-an dan hadits, di antara fatwa yang berlawanan
- Hadits mursal
- Qiyas
Mazhab ini dianut kebanyakan penduduk Hejaz, di pedalaman Oman dan beberapa tempat sepanjang Teluk Persia dan di beberapa kota Asia Tengah.
Allahu'alam bi shawab .......
Apa Yang Menyebabkan Hancurnya Agama dari Kehidupan kita ?????
Penghancur Agama
oleh Agus Trisa pada 21 Desember 2011 pukul 6:40
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam kitab beliau Fathur Rabbani wa Faydhur Rahmani menyatakan bahwa orang yang disebut sebagai Penghancur Agama itu ada empat ciri-ciri, antara lain sebagai berikut.
1. Tidak mengamalkan apa yang diketahuinya
Ketika seseorang masuk ke dalam agama Islam, dia akan diikat dengan seperangkat aturan yang disebut syariat. Syariat Islam meliputi berbagai macam bidang seruan. Ada seruan untuk individu yang meliputi ibadah-ibadah mahdhah seperti salat (QS. Al Baqarah: 43, QS. Al Hajj: 78), puasa (QS. Al Baqarah: 183), haji (QS. Ali Imran: 97), dzikir (QS. Al Ahzab: 41), dakwah, dan sebagainya. Ada juga seruan untuk kelompok masyarakat seperti melakukan amar makruf nahi munkar, dan yang dikhususkan untuk negara seperti menegakkan hudud.
Dalam konteks individu, sebagai seorang muslim kita seringkali menyerukan hal ini itu, tetapi diri sendiri tidak pernah melakukannya. Dia memerintahkan bertakwa kepada Allah, tetapi dia sendiri tidak mengerjakan ketakwaan tersebut. Dia memerintahkan orang salat, berpuasa, berzakat, berhaji, bersedekah, berdzikir, tetapi dia sendiri tidak pernah melakukannya. Dia memerintahkan orang lain menjadi seorang pengemban dakwah yang baik, tetapi dia sendiri menjadi seorang pengemban dakwah yang lemah, baik fikriyah maupun nafsiyahnya.
Allah telah mengingatkan kita,
“Sungguh besar kebencian Allah karena kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 3)
Jadi, sangat disayangkan. Banyak orang mengetahui tentang satu ilmu, tetapi dia menyembunyikannya. Dia mengetahui hukum menegakkan khilafah Islam adalah wajib, tetapi dia tidak menyampaikan. Banyak orang yang mengharamkan riba, tetapi dia tidak mau mendakwahkan betapa besarnya dosa riba dan ketika pemerintah melegalkan riba, dia justru tunduk pada pemerintah yang ‘menghalalkan’ riba tersebut. Masya Allah..
2. Mengamalkan apa yang tidak diketahui
Banyak sekali orang-orang yang tidak paham tentang agama, tetapi dia melakukan amalan-amalan agama ini itu padahal dia sendiri tidak mengetahui status hukum dari amalannya tersebut. Banyak sekali orang yang menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan peribadatan, bukan berdasarkan dalil tetapi hanya ‘dirasa-rasa’ saja. Dirasakan kok sepertinya ini berpahala yaa.. kok sepertinya ini islami yaa.. kok sepertinya ini baik yaa… padahal dia dia menyadari bahwa dirinya awam.
Padahal Rasulullah saw. bersabda,
“Barangsiapa yang membuat-buat suatu (perkara) baru dalam urusan kami ini, maka (perkara) tersebut tertolak.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
3. Tidak mencari tahu apa yang tidak diketahuinya
Islam itu agama yang luas. Ilmu Islam begitu banyak melebihi banyaknya buih di lautan. Ada orang yang mengetahui tentang satu ilmu, tetapi ada yang tidak mengetahui tentang ilmu yang lain. Bagi yang tidak mengetahui tentang satu ilmu, hendaknya mencari tahu. Misalnya hukum tentang benda dan hukum tentang perbuatan-perbuatan. Contohnya adalah kata khilafah dengan khilafiah atau khilaf. Padahal hakikat ketiganya berbeda. Tetapi, dia tetap berkutat pada pendiriannya dan tidak berusaha mencari tahu hakikatnya.
Hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum syara’, sedangkan hukum asal benda adalah mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Demikian kaidah ushul menjelaskan kepada kita. Jadi, jika tidak mengetahui tentang satu ilmu, hendaknya kita mencari tahu.
4. Menolak orang yang mengajari apa yang tidak diketahuinya
Sudah menyadari bahwa diri sendiri tidak mengetahui tentang satu ilmu tersebut, tetapi jika diberikan penjelasan, dia membantah bahkan terkesan melecehkan. Sudah dibuatkan Catatan-catatan tentang ‘apa itu khilafah’ dan hukum menegakkan khilafah tetapi tetap saja tidak mau membaca malah terus-terusan menyatakan bahwa khilafah itu sama dengan khilaf. Padahal hakikatnya berbeda.
Demikian pula, tentang wajibnya diterapkannya syariah Islam. Ketika ditunjukkan dalil-dalilnya, dia pun menolaknya dan meragukannya. Padahal dia sendiri tidak memiliki ilmu apa-apa untuk membantahnya. Lantas, dengan apa dia membantah? Masya Allah…
Ini hanyalah permisalan. Hendaknya kita tidak menjadi orang-orang yang menghancurkan agama dengan menjauhi segala perbuatan-perbuatan di atas. Waliyullah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah telah menjelaskan kepada kita tentag satu hal yang sangat baik, tidak ada yang perlu kita tolak dari penjelasan ulama’ ini. Subhanallah…
Wallahu a’lam binsh shawab..
Keteguhan Dalam Menggapai Hidayah ....
Keteguhan dan Kesungguhan Salman Al Farisi dalam Mencari Kebenaran
Salman Al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Salman adalah seorang yang berkebangsaan Persia. Salman dan keluarganya, dahulunya memeluk agama Majusi, penyembah api. Salman seringkali disuruh ayahnya untuk menjaga api sesembahan. Sampai-sampai Salman tidak diizinkan meninggalkan tempat api tersebut diletakkan.
Suatu hari ayah Salman menyuruhnya untuk memeriksa ladang mereka, yang letaknya agak jauh dari rumah. Ayahnya berpesan agar jangan terlalu lama memeriksanya. Artinya, setelah memeriksa ladang, Salman harus segera pulang.
Jalan untuk menuju ke ladang melewati sebuah gereja. Gereja tersebut terletak di antara rumah Salman dengan ladangnya. Salman begitu penasaran dengan apa yang dilakukan orang-orang di dalam gereja tersebut. Kemudian Salman pun mengintip orang-orang yang sedang bersembahyang di dalam gereja tersebut. Salman pun tersentak. Ternyata cara peribadatan orang-orang di dalam gereja itu lebih baik dan lebih meyakinkan daripada agama yang dianutnya selama ini.
Kemudian Salman bertanya kepada orang di dalam gereja, “Dari manakah asalnya agama ini?” Jawab orang di dalam gereja, “Dari Syam.” Karena begitu tertarik, Salman tinggal di gereja hingga terbenam matahari. Ia lupa dengan tugas dari ayahnya.
Ketika ia pulang, ayahnya pun memarahinya dengan keras. Salman menceritakan tentang agama yang baru ditemuinya di tengah jalan. Ayahnya kemudian menjelaskan bahwa agamanya itu tidak cocok untuk orang-orang di daerah tempat mereka tinggal. Tetapi Salan mengatakan bahwa agama barunya itu lebihbaik daripada agama yang selama ini mereka anut. Ayahnya pun menjadi marah dan menghukumnya dengan berat. Kakinya dibelenggu dan Salman pun dikurung di dalam rumah.
Suatu ketika, Salman menyuruh seseorang yang lewat di depan rumahnya. Salman minta bantuan, agar orang tersebut pergi ke gereja tempat dia mendapatkan agama barunya, dan mengatakan kepada orang-orang di gereja itu bahwa dirinya ingin mengikuti agama baru itu dan ingin bebas dari belenggu ayahnya ini.
Kemudian, beberapa orang Nasrani pun mendatanginya dan membebaskannya. Salman pun ikut ke gereja dan memeluk agama barunya itu.
Setelah beberapa saat, ternyata Salman kecewa. Sebab, pemuka agamanya berkelakuan buruk. Ia menganjurkan pengikutnya untuk banyak mendermakan harta namun harta yang banyak itu ia tumpuk sendiri demi kepentingan pribadi. Tak lama kemudian setelah sang uskup wafat, Salman menceritakan keburukan sang uskup hingga akhirnya para pengikutnya tidak jadi memakamkannya dan malah menyalib dan melempari jenazah tersebut.
Kemudian diangkatlah uskup baru. Uskup kali ini lebih jujur. Tetapi sayang, dia cepat meninggal dunia. Kemudian Salman berpindah-pindah gereja kembali, dan mendapati bahwa para uskup hidupnya begitu zuhud dan tidak tergoda nafsu duniawi. Salman sangat mencintai mereka.
Akhirnya uskup yang ketiga, yaitu uskup di Rumawi, sebelum ajal meninggalkan pesan pada Salman bahwa saat ini (saat dimana uskup dan Salman hidup) amat jarang orang Nasrani yang menekuni agama sebagaimana yang dilakukannya. Ia juga mengatakan bahwa saat ini telah datang seorang Nabi yang diutus Allah membawa agama Ibrahim. Nabi ini bersedia menerima hadiah namun tidak bersedia menerima sedekah dan beliau memiliki tanda kenabian diantara kedua tulang belikatnya. Nabi ini akan muncul di negeri Arab. Ia menambahkan bahwa sebenarnya kaum Nasrani telah mengetahui hal tersebut karena kitab mereka memang telah mengatakannya namun banyak diantara mereka yang nantinya akan menyangkal kebenaran tersebut.
Uskup itu menyitir sebuah ayat di dalam Injil,
“Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” (Kitab-Ulangan 18:18).
Hal tersebut rupanya juga terdapat dalam Alquran,
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash Shaff: 6)
Salman akhirnya memenuhi keinginan sang uskup. Dia pergi ke Arab. Tetapi sayang, di tengah perjalanan, dia dirampok orang dan hartanya dirampas. Perampok itu adalah orang Yahudi. Dia pun akhirnya menjual Salman sebagai budak. Di Madinah, Salman dijual kepada orang Yahudi lain. Salman berharap, di tepat ini dia akan dapat menemukan nabi baru seperti yang disampaikan sang uskup.
Suatu hari, ketika ia sedang berada di atas pohon kurma untuk menjalankan perintah majikannya, ia mendengar seseorang berteriak, “Celakalah orang-orang Bani Qailah, mereka sekarang sedang berkumpul di Quba, menyambut kedatangan seorang dari Makkah yang mereka pandang sebagai Nabi.”
Maka malam hari itu juga ketika si majikan sedang tidur, Salman segera menuju Quba dan membawa beberapa jenis makanan untuk diberikan kepada Sang Nabi dan mengatakan bahwa itu adalah sedekah. Sang Nabi menerimanya dan menyuruh orang-orang untuk memakannya namun beliau sendiri tidak turut menyantapnya.
Salman berkata dalam hati, “Inilah tanda pertama…” Keesokkan harinya ia kembali lagi dan membawa beberapa jenis makanan, namun kali ini ia mengatakan bahwa ini adalah hadiah. Sang Nabi menerimanya dan menyantapnya bersama orang-orang yang lain. Salman kembali berbisik, “Inilah tanda kedua itu...” Pada kesempatan lain Salman kembali datang menemui dan berusaha untuk melihat bagian punggung Sang Nabi. Rupanya Sang Nabi mengetahui maksud Salman, ia pun segera membuka pakaian atasnya. Maka Salman pun segera melihat tanda kenabian di punggung Sang Nabi sebagaimana yang digambarkan uskup di Rumawi.
Detik itu juga Salman langsung menghambur dan memeluk Sang Nabi, Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam dengan penuh haru dan sambil menangis tersedu sedan iapun menceritakan pengalaman panjang hidupnya dalam rangka mencari kebenaran sejati. Salmanpun segera memeluk agama Allah, Islam. Semoga Allah melimpahkan rahmat sebesar-besarnya kepada hambanya yang sudi terseok-seok mencari hidayah-Nya.
Namun perjalanan Salman masih panjang. Karena kedudukannya sebagai budak ia terikat perjanjian kepada majikannya hingga ia sulit menjalankan ajaran agamanya. Untuk menebus dirinya ia harus menyediakan tiga ratus bibit kurma dan menanamnya di sebidang tanah ditambah lagi harus menyerahkan emas seberat kurang lebih 119 gram.
Namun berkat anjuran Rasulullah, maka para sahabat pun rela membantu Salman untuk mengumpulkan barang tebusan tersebut. Maka sejak itulah Salman Al Farisi, sang anak Persia kesayangan ayahnya, tidak pernah meninggalkan Rasulullah dan selalu menyertai beliau dalam memperjuangkan berdiri tegaknya Islam.
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33).
“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy Syuura: 13).
Salman Al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Salman adalah seorang yang berkebangsaan Persia. Salman dan keluarganya, dahulunya memeluk agama Majusi, penyembah api. Salman seringkali disuruh ayahnya untuk menjaga api sesembahan. Sampai-sampai Salman tidak diizinkan meninggalkan tempat api tersebut diletakkan.
Suatu hari ayah Salman menyuruhnya untuk memeriksa ladang mereka, yang letaknya agak jauh dari rumah. Ayahnya berpesan agar jangan terlalu lama memeriksanya. Artinya, setelah memeriksa ladang, Salman harus segera pulang.
Jalan untuk menuju ke ladang melewati sebuah gereja. Gereja tersebut terletak di antara rumah Salman dengan ladangnya. Salman begitu penasaran dengan apa yang dilakukan orang-orang di dalam gereja tersebut. Kemudian Salman pun mengintip orang-orang yang sedang bersembahyang di dalam gereja tersebut. Salman pun tersentak. Ternyata cara peribadatan orang-orang di dalam gereja itu lebih baik dan lebih meyakinkan daripada agama yang dianutnya selama ini.
Kemudian Salman bertanya kepada orang di dalam gereja, “Dari manakah asalnya agama ini?” Jawab orang di dalam gereja, “Dari Syam.” Karena begitu tertarik, Salman tinggal di gereja hingga terbenam matahari. Ia lupa dengan tugas dari ayahnya.
Ketika ia pulang, ayahnya pun memarahinya dengan keras. Salman menceritakan tentang agama yang baru ditemuinya di tengah jalan. Ayahnya kemudian menjelaskan bahwa agamanya itu tidak cocok untuk orang-orang di daerah tempat mereka tinggal. Tetapi Salan mengatakan bahwa agama barunya itu lebihbaik daripada agama yang selama ini mereka anut. Ayahnya pun menjadi marah dan menghukumnya dengan berat. Kakinya dibelenggu dan Salman pun dikurung di dalam rumah.
Suatu ketika, Salman menyuruh seseorang yang lewat di depan rumahnya. Salman minta bantuan, agar orang tersebut pergi ke gereja tempat dia mendapatkan agama barunya, dan mengatakan kepada orang-orang di gereja itu bahwa dirinya ingin mengikuti agama baru itu dan ingin bebas dari belenggu ayahnya ini.
Kemudian, beberapa orang Nasrani pun mendatanginya dan membebaskannya. Salman pun ikut ke gereja dan memeluk agama barunya itu.
Setelah beberapa saat, ternyata Salman kecewa. Sebab, pemuka agamanya berkelakuan buruk. Ia menganjurkan pengikutnya untuk banyak mendermakan harta namun harta yang banyak itu ia tumpuk sendiri demi kepentingan pribadi. Tak lama kemudian setelah sang uskup wafat, Salman menceritakan keburukan sang uskup hingga akhirnya para pengikutnya tidak jadi memakamkannya dan malah menyalib dan melempari jenazah tersebut.
Kemudian diangkatlah uskup baru. Uskup kali ini lebih jujur. Tetapi sayang, dia cepat meninggal dunia. Kemudian Salman berpindah-pindah gereja kembali, dan mendapati bahwa para uskup hidupnya begitu zuhud dan tidak tergoda nafsu duniawi. Salman sangat mencintai mereka.
Akhirnya uskup yang ketiga, yaitu uskup di Rumawi, sebelum ajal meninggalkan pesan pada Salman bahwa saat ini (saat dimana uskup dan Salman hidup) amat jarang orang Nasrani yang menekuni agama sebagaimana yang dilakukannya. Ia juga mengatakan bahwa saat ini telah datang seorang Nabi yang diutus Allah membawa agama Ibrahim. Nabi ini bersedia menerima hadiah namun tidak bersedia menerima sedekah dan beliau memiliki tanda kenabian diantara kedua tulang belikatnya. Nabi ini akan muncul di negeri Arab. Ia menambahkan bahwa sebenarnya kaum Nasrani telah mengetahui hal tersebut karena kitab mereka memang telah mengatakannya namun banyak diantara mereka yang nantinya akan menyangkal kebenaran tersebut.
Uskup itu menyitir sebuah ayat di dalam Injil,
“Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” (Kitab-Ulangan 18:18).
Hal tersebut rupanya juga terdapat dalam Alquran,
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash Shaff: 6)
Salman akhirnya memenuhi keinginan sang uskup. Dia pergi ke Arab. Tetapi sayang, di tengah perjalanan, dia dirampok orang dan hartanya dirampas. Perampok itu adalah orang Yahudi. Dia pun akhirnya menjual Salman sebagai budak. Di Madinah, Salman dijual kepada orang Yahudi lain. Salman berharap, di tepat ini dia akan dapat menemukan nabi baru seperti yang disampaikan sang uskup.
Suatu hari, ketika ia sedang berada di atas pohon kurma untuk menjalankan perintah majikannya, ia mendengar seseorang berteriak, “Celakalah orang-orang Bani Qailah, mereka sekarang sedang berkumpul di Quba, menyambut kedatangan seorang dari Makkah yang mereka pandang sebagai Nabi.”
Maka malam hari itu juga ketika si majikan sedang tidur, Salman segera menuju Quba dan membawa beberapa jenis makanan untuk diberikan kepada Sang Nabi dan mengatakan bahwa itu adalah sedekah. Sang Nabi menerimanya dan menyuruh orang-orang untuk memakannya namun beliau sendiri tidak turut menyantapnya.
Salman berkata dalam hati, “Inilah tanda pertama…” Keesokkan harinya ia kembali lagi dan membawa beberapa jenis makanan, namun kali ini ia mengatakan bahwa ini adalah hadiah. Sang Nabi menerimanya dan menyantapnya bersama orang-orang yang lain. Salman kembali berbisik, “Inilah tanda kedua itu...” Pada kesempatan lain Salman kembali datang menemui dan berusaha untuk melihat bagian punggung Sang Nabi. Rupanya Sang Nabi mengetahui maksud Salman, ia pun segera membuka pakaian atasnya. Maka Salman pun segera melihat tanda kenabian di punggung Sang Nabi sebagaimana yang digambarkan uskup di Rumawi.
Detik itu juga Salman langsung menghambur dan memeluk Sang Nabi, Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam dengan penuh haru dan sambil menangis tersedu sedan iapun menceritakan pengalaman panjang hidupnya dalam rangka mencari kebenaran sejati. Salmanpun segera memeluk agama Allah, Islam. Semoga Allah melimpahkan rahmat sebesar-besarnya kepada hambanya yang sudi terseok-seok mencari hidayah-Nya.
Namun perjalanan Salman masih panjang. Karena kedudukannya sebagai budak ia terikat perjanjian kepada majikannya hingga ia sulit menjalankan ajaran agamanya. Untuk menebus dirinya ia harus menyediakan tiga ratus bibit kurma dan menanamnya di sebidang tanah ditambah lagi harus menyerahkan emas seberat kurang lebih 119 gram.
Namun berkat anjuran Rasulullah, maka para sahabat pun rela membantu Salman untuk mengumpulkan barang tebusan tersebut. Maka sejak itulah Salman Al Farisi, sang anak Persia kesayangan ayahnya, tidak pernah meninggalkan Rasulullah dan selalu menyertai beliau dalam memperjuangkan berdiri tegaknya Islam.
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33).
“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy Syuura: 13).
Kisah Wafatnya Mahluq Yang Dicintai Allah & Mahluqnya ....
Detik-detik Wafatnya Rasulullah saw.
Pada peristiwa haji Wada’, haji yang terakhir turunlah ayat,
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah: 3)
Pada saat itu sahabat yang sangat dicintainya, Abu Bakar Ash Shidiq ra. menangis tersedu-sedu. Rasulullah saw. kemudian bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Bakar?” Kemudian Abu Bakar menjawab, “Ini adalah berita tentang kematian Rasulullah.”
Kemudian sekembalinya dari Haji Wada’ dan kurang dari tujuh hari menjelang wafatnya beliau, turunlah ayat yang terakhir,
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al Baqarah: 281)
Setelah itu, orang yang paling kita cintai, Rasulullah saw. mulai merasakan sakit. Tetapi sungguh, beliau adalah orang yang sangat peduli dengan umatnya. Sangat peduli dengan kita. Beliau berkata, “Aku ingin mengunjungi para syuhada’ Perang Uhud.” Subhanallah.. Bahkan ketika sakit pun beliau masih mempedulikan umatnya yang sudah tiada. Ya Rasulullah salam ‘alaika..
Maka, pada awal bulan Shafar tahun 11 H pada pagi-pagi hari sekali beliau pun berangkat ke Jabal Uhud, tempat dimana para syuhada’ berkumpul. Andai mereka bisa melihat bahwa Rasulullah saw. mengunjunginya,tentulah mereka akan haru seperti ketika kita membaca kisah ini. Kemudian setelah sampai, beliau pun berdiri di sana dan berkata, “Salam atas kalian wahai syuhada’ Uhud. Kalian adalah orang-orang yang mendahului kami. Insya Allah, kami akan menyusul kalian. Dan sesungguhnya, aku akan menyusul kalian..”
Kemudian, beliau pun pulang menuju rumahnya sambil menangis. Kemudian para sahabat pun mulai keheranan, apa yang membuat beliau menangis. Mereka bertanya, “Apa yang membuat Anda menangis ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Aku merindukan saudara-saudara seiman.” Para sahabat pun berkata, “Bukankah kami ini saudara-saudaramu seiman ya Rasulullah.” Beliau pun bersabda, “Bukan. Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adalah saudara seimanku adalah orang-orang yang datang setelahku. Mereka beriman kepadaku tetapi mereka belum pernah melhatku.” Betapa mulia akhlak beliau ini. Bahkan ketika menjelang wafatnya, ketika kondisinya masih dalam keadaan sakit, beliau merindukan kita. Kita yang dirindukan beliau. Kita yang belum pernah berjumpa dengan beliau. Kita ini yang dirindukannya… Subhanallah… Ya Rasulullah.. Kami rindu padamu..
Pada hari Senin, 29 Shafar, beliau menghadiri pemakaman salah seorang yang meninggal di pemakaman Baqi’. Setelah selesai, beliau pun pulang ke rumah. Di perjalanan, beliau merasa pusing dan badannya panas sekali. Maka sakit beliau pun bertambah hebat. Namun, selama sakit yang bertambah parah itu, beliau masih sempat menjadi imam salat bagi kaum muslimin selama 11 hari. Subhanallah… Kemudian, empat hari menjelang wafatnya, pada saat akan mengimami salat Isya’ beliau baru merasakan tiada daya dan meminta untuk digantikan Abu Bakar Ash Shidiq.. Ya Rasulullah, andai kami ada di sana, tentulah kami akan turut merawatmu..
Semakin hari sakit yang beliau rasakan semakin menghebat. Tiga hari menjelang perjumpaan dengan Rabbnya, beliau bertambah tiada daya. Saat itu beliau di rumah salah seorang istrinya, Maimunah. Beliau pun meminta para istrinya berkumpul, “Berkumpullah istri-istriku..” Kemudian berkumpullah istri-istri beliau..
Rasa haru semakin menjadi-jadi, ketika beliau meminta izin kepada para istrinya untuk tinggal di rumah Ummul Mukminin Aisyah ra. “Apakah kalian mengizinkan aku tinggal di rumah ‘Aisyah?” Para istri beliau pun bertambah haru dan berkata, “Kami mengizinkan Anda ya Rasulullah.” Sungguh.. Rasulullah adalah seorang suami yang sangat mencintai istri-istrinya.. Bahkan ketika beliau sakit menjelang wafatnya, beliau pun tidak ingin menyakiti istri-istrinya.. Beliau meminta izin, hanya untuk tinggal di rumah istrinya yang lain, Aisyah..
Kemudian beliau ingin berdiri dan menuju ke rumah Aisyah. Tetapi beliau tidak mampu. Fisik beliau lemah. Ya Allah..
Lalu datanglah menantu beliau yang sangat setia, Ali bin Abu Thalib, dan seorang kerabat beliau yang lainnyapemuda yang sangat baik, Fadhl bin Abbas. Kedua orang ini pun akhirnya membopong Rasulullah saw. ke rumah Aisyah.. Subhanallah.. Ya Rasulullah.. Anda kami ada di sana, tentulah kami akan turut membopongmu.. Salam untukmu ya Rasulullah..
Para sahabat yang melihat kejadian tersebut terkejut bukan main. Mereka tidak pernah melihat Rasulullah dibopong, digendong seperti itu. Sedemikian parahkah sakit Rasulullah. Mereka pun semakin keheranan. “Ada apa dengan Rasulullah? Apa yang terjadi dengan Rasulullah?” Mereka sangat mengkhawatirkan kondisi Rasulullah. Mereka cemas bercampur bingung. Kemudian orang-orang pun berkumpul di Masjid Nabawi dan membicarakan apa yang terjadi sebenarnya.
Di rumah Aisyah, di samping Masjid Nabawi, Rasulullah semakin berkeringat. Seluruh tubuh beliau semakin berkeringat. Kemudian Aisyah menunjukkan rasa cemasnya dan berkata, “Saya belum pernah melihat seorang manusia berkeringat sederas ini..” Maka Aisyah pun mengambil tangan beliau dan mengusap keringatnya dengan tangan Rasulullah saw. Kemudian Aisyah berkata, “Sesungguhnya tangan Rasulullah lebih mulia dan lebih lembut daripada tanganku. Oleh karena itu aku mengusap keringat beliau dengan tangannya bukan dengan tangaku.”
Lalu Aisyah berkata, “Aku mendengar beliau berkata: Laa ilaaha illallaah.. Sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat.. Laa ilaaha illallaah.. Sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat..”
Kemudian di masjid terdengar suara gadu. Orang-orang yang berkumpul mulai ribut dan kebingungan dengan kondisi Rasulullah saw. sehingga mereka pun gaduh. Rasulullah yang mendengarnya bersabda, “Ada apa ini?” Kemudian Aisyah berkara, “Mereka mengkhawatirkan Anda ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw. minta diantar menuju masjid dan berdiri di atas mimbar dan bersabda, “Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia. Tempat perjanian kalian dengan aku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sesungguhnya seolah-olah aku sekarang sedang melihat kepadanya di depan aku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian. Tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian sehingga kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba mendapatkannya. Dan dunia itu membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Kemudian beliau bersabda, “Allah.. Allah.. Salat..Allah.. Salat.. Allah..” Beliau terus menerus mengulang kata tersebut. Kemudian beliau bersabda lagi, “Wahai manusia, aku wasiatkan kepada kalian agar berbuat baik terhadap kaum wanita.” Inilah dia.. Dua wasiat Rasulullah yang memerintahkan kepada umat Islam agar memelihara salatnya dan memuliakan wanita.. Subhanallah..
Beliau kemudian bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah swt. telah memberikan pilihan kepadanya, antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Para sahabat yang mendengarnya, tidak paham apa yang dimaksudkan Rasulullah kecuali Abu Bakar Ash Shidiq. Adalah kebiasaan para sahabat, ketika Rasulullah sedang berbicara maka mereka mendengarkan. Tetapi, ketika Rasulullah berkata seperti itu, Abu Bakar pun tidak dapat menahan diri dan hanyut dalam keharuan yang luar biasa, sehingga dia pun menangis sesenggukan.
Abu Bkaar berkata, “Kami tebus Anda dengan bapak-bapak kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan ibu-ibu kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan anak-anak kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan istri-istri kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan harta-harta kami ya Rasulullah..” Subhanallah.. Wallahu Akbar.. Ya Rasulullah salam atasmu..
Bagi para sahabat, Rasulullah lebih berharga dari ayah, ibu, anak, dan hara mereka.. Bagaimana dengan kita.. Ya Allah…
Abu Bakar mengulang-ulang kalimat tersebut sambil menagis di hadapan Rasulullah. Para sahabat pun ikut menangis. Tetapi mereka pun heran, bagaimana mungkin seorang sahabat yang paling dekat dengan rasulullah berani memotong pembicaraan beliau..
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Wahai manusia, tidak ada seorang pun di antara kalian di sisi kami yang memiliki keutamaan, melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar. Aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah swt. Setiap pintu menuju masjid ditutup, kecuali pintu Abu Bakar tidak ditutup selama-lamanya.”
Kemudian mulailah beliau berdoa, “Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah melindungi kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan dan menjaga kalian.” Subhanallah… Bahkan menjelang sakaratul maut beliau pun masih mendoakan kita. Lalu bagaimana dengan kita? Berapa banyal larangan yang beliau sampaikan kepada kita tetapi kita mengabaikannya? Masya Allah…
Ada sebuah kisah yang dituturkan Ibnu Abbas. Suatu ketika Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah dengan izin-Nya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku di antara kamu semua, hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qishas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari Kiamat nanti.”
Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama Ukasyah Ibnu Muhsin. Ia berdiri di hadapan Nabi s.a.w sambil berkata:
“Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu ya Rasullah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku akan berani tampil untuk memperkenankannya sesuai dengan permintaanmu. Dulu, aku pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung-sampingku; saya tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak ya…Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri ?”
Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, ”Supaya Fatimah memberikan kepadaku cambukku ” kata beliau Bilal segera ke luar Masjid dengan tangannya diletakkannya di atas
kepalanya. Ia heran dan tak habis pikir, “Inilah Rasulullah memberikan kesempatan mengambil qishas terhadap dirinya!” Diketoknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari dalam : “Siapakah diluar?”, “Saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasullah” jawab Bilal.
”Duhai Bilal, apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya Fatimah kepada Bilal. “Ya Fatimah! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengambil qishas terhadap dirinya ” Bilal menegaskan.
“Siapakah pula gerangan orang itu yang sampai hati mengqishas Rasulullah?” tukas Fatimah keheranan. Biarlah hamba saja yang menjadi ganti untuk dicambuk. Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk Masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan Rasulullah pun menyerahkannya ke tangan ‘Ukasyah.
Suasana mulai tegang… Semua sahabat bergerak…. Semua berdiri…. Jangankan dicambuk, dicolek saja, ia akan berhadapan dengan kami. Mungkin begitu mereka bicara dalam hati. Semua mata melotot. Memandang Ukasyah dan sebilah cambuk.
Saat itulah, Abu Bakar dan Umar r.a. bicara, “Hai ‘Ukasyah! kami sekarang berada di hadapanmu, pukul qishas-lah kami berdua, dan jangan sekali-kali engaku pukul Rasulullah saw!”
Mungkin saat itu Umar meraba pedangnya. Seandainya saja, diizinkan akan aku penggal kepala orang yang menyakiti Rasulullah.
Rasulullah menahan dua sahabatnya. Berkata sang pemimpin yang dicintai ini, “Duhai sahabatku, Duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”
Kemudian berdiri pula Ali bin Abu Thalib sambil berkata. Kali ini lebih garang dari sahabat Abu Bakar: ”Hai Ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di hadapan Rasulullah. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan qishas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka qishaslah aku dengan tangnmu dan deralah aku dengan tanganmu sendiri!”
Ali tampil ke muka. Memberikan punggungnya dan jiwa serta cintanya buat orang yang dicintainya. Subhanallah… ia tak rela sang Rasul disakiti. Ia merelakan berkorban nyawa untuk sang pemimpin. Nabi pun menahan. ”Allah swt telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”
Ali surut, bergantianlah kemudian tampil dua kakak beradik, Hasan dan Husein. ”Hai Ukasyah! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan qishaslah kami dan itu berarti sama juga dengan mengqishas Rasulullah sendiri!”
Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan berkata “Duduklah kalian berdua, duhai penyejuk mataku!” Dan akhirnya Nabi berkata : “Hai ‘Ukasyah! pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil qishas!” “Ya Rasul Allah! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain di badanku” Kata Ukasyah. kembali suasana semakin panas dan tegang. Semua orang berpikir, apa maunya si Ukasyah ini. Sudah berniat mencambuk Rasul, ia malah meminta Rasul membuka baju. “Kurang ajar sekali si Ukasyah ini. Apa maunya ini orang…”
Tanpa bicara…. Tanpa kata… Rasulullah membuka bajunya. Semua yang hadir menahan napas… Banyak yang berteriak sambil menangis… Tak terkecuali…. Termasuk Ukasyah… Ada yang tertahan di dadanya. Ia segera maju melangkah, melepas cambuknya.
Tatkala ‘Ukasyah melihat putih tubuh Rasulullah dan tanda kenabian di punggungnya, ia segera mendekap tubuh Nabi sepuas-puasnya sambil berkata : “Tebusanmu adalah Rohku ya Rasulallah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengqishas engkau ya Rasul Allah ? Saya sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah swt dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”
Akhirnya berkatalah Nabi saw “Ketahuilah wahai para sahabat ! barangsiapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini!” Lantas bangkit berdirilah kaum Muslimin beramai-ramai mencium ‘Ukasyah di antara kedua matanya. Rasa curiga berubah cinta. Buruk sangka berubah bangga. Berkatalah mereka, “Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah saw di surga kelak!”
Dan perkataan terakhir beliau sebelum turun dari atas mimbar, “Wahai manusia sampaikan salamku kpada orang yang mengikutiku di antara umatku hingga hari kiamat.”Setelah itu beliau kembali dibawa masuk ke dalam rumah. Subhanallah… Sungguh kecintaan beliau terhadap kita (umatnya) begitu besar.. Tetapi kita.. Seringkali durhaka kepada beliau.. Masya Allah..
Kemudian masuklah Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shidiq. Di tangannya ada siwak. Beliau melihat terus ke arah siwak itu, tetapi serasa tidak mampu untuk mengatakannya. Ya Allah…
Kemudian Aisya paham maksud Rasulullah saw. itu, dan Aisyah pun mengambil siwak yang ada di tangan Abdurrahman bin Abu Bakar dan memberikannya kepada Rasulullah saw. hingga yang terakhir kali masuk ke dalam perut Rasulullah saw. adalah air ludahnya..
Kemudian pada tanggal 12 Rabiul Awwal pagi hari, datanglah Fatimah binti Rasulullah saw. Fatimah pun menangis saat masuk ke kamar Rasulullah saw. Dia menangis setiap kali menemui Rasulullah saw. Beliau berdiri dan menciumnyadi antara kedua matanya. Setelah itu beliau tidak mampu berdiri lagi. Kemudian beliau memerintahkan Fatimah untuk mendekat kepadanya seraya berkata, “Mendekatlah kemari wahai Fatimah.” Beliau pun membisikkan sesuatu di telinga Fatimah. Kemudian Fatimah pun menangis. Setelah itu beliau bersabda kembali, “Mendekatlah lagi kemari wahai Fatimah.” Maka Fatimah pun mendekat, dan Rasulullah membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah, dan Fatimah pun tersenyum.
Setelah wafatnya Rasulullah saw., Fatimah pun bercerita, “Pertama kalinya beliau berkta kepadaku: Wahai Fatimah aku akan meninggal malam ini. Maka aku pun menangis. Saat beliau melihatku menangis, beliau pun membisikkan lagi kepadaku: Engkau adalah keluargaku yang akan pertama kali bertemu dengaku. Maka aku pun tersenyum.”
Kemudian Rasulullah memanggil Hasan dan Husein. Beliau menciumnya dan memberikan wasiat kepada keduanya. Lalu Rasulullah memanggil semua istrinya dan memberikan wasiat serta nasihat kepadanya. Kemudian beliau pun memanggil orang-orang dan berwasian kepada mereka agar menjaga salatnya. Beliau terus menerus mengulang-ulang wasiat beliau itu.
Hingga rasa sakit pun semakin menghebat. Beliau pun memerintahkan agar orang-orang keluar, “Keluarlah kalian.” Kemudian beliau bersabda, “Mendekatlah wahai Aisyah. Beliau pun bersandar di dada Aisyah kemudian beliau bersabda, “Bahkan Ar Rafiqul A’la.. Bahkan Ar Rafiqul A’la..” Seolah-olah beliau disuruh memilih kehidupan dunia atau Ar Rafiqul A’la..
Kemudian masuklah Malaikat Jibril as. Menemui Rasulullah saw., “Malaikat Maut ada di depan pintu. Dia meminta izin untuk menemuimu. Dia tidak pernah minta izin kepada orang lain selainmu.” Maka beliau bersabda, “izinkah untuknya wahai Jibril.” Kemudian masuklah Malaikat Maut, “Assalammu’alaikum wahai rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberi pilihan kepadamu apakah ingin memilih kehidupan dunia atau bertemu dengan Allah di kehidupan akhirat.” Kemudian beliau bersabda, “Aku memilih Ar Rafiqul a’la.. aku memilih Ar Rafiqul A’la.. Bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah: yaitu para nabi, para shiddiqin, para syahada’, dan para orang-orang saleh. Mereka itulah sebaik-baik teman”
Berdirilah Malaikat Maut di sisi kepala Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai ruh yang baik, ruh Muhammad bin Abdullah. Keluarlah menuju keridhaan Allah menuju Rabb yang tidak murka dan yang ridha..”
Aisyah menceritakan, “Maka jatuhlah tangan beliau dan semakin beratlah kepala beliau di dadaku. Maka aku pun mengetahui bahwa beliau telah wafat. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selain keluar dan memberitahu orang-orang bahwa Rasulullah telah wafat. Kemudian terdengarlah tangisan orang-orang dari arah dalam masjid. Ali bin Abu Thalib terkejut hingga terduduk mendengar berita tersebut. Usman bin Affan seperti anak kecil yangggerak-gerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Ada pun Umar berkata: Jika ada orang yang mengatakan Rasulullah telah meninggal, maka akan ku potong lehernya dengan pedangku. Beliau hanya pergi menemui Rabbnya dan akan kembali sebagaimana Musa menemui Rabbnya.”
Yang paling tegas adalah Abu Bakar. Ketika mendengar perkataan Umar, dia segera menemuinya dan berkata, “Barang siapa menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Barangsiapa menyembah Allah, Dia tidak akan binasa. Allah berfirman: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul . Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang ? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.’ (QS Ali Imran 144).” Seketika itu, Umar pun terjatuh seolah-olah belum pernah mendengar ayat itu.
Innalillahi wa inna ilaihi raa ji’uun.. Orang yang paling kita cintai, Rasulullah wafat pada waktu Dhuha tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 H pada usia 63 tahun. Semoga salam dan salawat selalu tercurahkan kepadamu ya Rasulullah..
Pada peristiwa haji Wada’, haji yang terakhir turunlah ayat,
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah: 3)
Pada saat itu sahabat yang sangat dicintainya, Abu Bakar Ash Shidiq ra. menangis tersedu-sedu. Rasulullah saw. kemudian bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Bakar?” Kemudian Abu Bakar menjawab, “Ini adalah berita tentang kematian Rasulullah.”
Kemudian sekembalinya dari Haji Wada’ dan kurang dari tujuh hari menjelang wafatnya beliau, turunlah ayat yang terakhir,
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al Baqarah: 281)
Setelah itu, orang yang paling kita cintai, Rasulullah saw. mulai merasakan sakit. Tetapi sungguh, beliau adalah orang yang sangat peduli dengan umatnya. Sangat peduli dengan kita. Beliau berkata, “Aku ingin mengunjungi para syuhada’ Perang Uhud.” Subhanallah.. Bahkan ketika sakit pun beliau masih mempedulikan umatnya yang sudah tiada. Ya Rasulullah salam ‘alaika..
Maka, pada awal bulan Shafar tahun 11 H pada pagi-pagi hari sekali beliau pun berangkat ke Jabal Uhud, tempat dimana para syuhada’ berkumpul. Andai mereka bisa melihat bahwa Rasulullah saw. mengunjunginya,tentulah mereka akan haru seperti ketika kita membaca kisah ini. Kemudian setelah sampai, beliau pun berdiri di sana dan berkata, “Salam atas kalian wahai syuhada’ Uhud. Kalian adalah orang-orang yang mendahului kami. Insya Allah, kami akan menyusul kalian. Dan sesungguhnya, aku akan menyusul kalian..”
Kemudian, beliau pun pulang menuju rumahnya sambil menangis. Kemudian para sahabat pun mulai keheranan, apa yang membuat beliau menangis. Mereka bertanya, “Apa yang membuat Anda menangis ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Aku merindukan saudara-saudara seiman.” Para sahabat pun berkata, “Bukankah kami ini saudara-saudaramu seiman ya Rasulullah.” Beliau pun bersabda, “Bukan. Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adalah saudara seimanku adalah orang-orang yang datang setelahku. Mereka beriman kepadaku tetapi mereka belum pernah melhatku.” Betapa mulia akhlak beliau ini. Bahkan ketika menjelang wafatnya, ketika kondisinya masih dalam keadaan sakit, beliau merindukan kita. Kita yang dirindukan beliau. Kita yang belum pernah berjumpa dengan beliau. Kita ini yang dirindukannya… Subhanallah… Ya Rasulullah.. Kami rindu padamu..
Pada hari Senin, 29 Shafar, beliau menghadiri pemakaman salah seorang yang meninggal di pemakaman Baqi’. Setelah selesai, beliau pun pulang ke rumah. Di perjalanan, beliau merasa pusing dan badannya panas sekali. Maka sakit beliau pun bertambah hebat. Namun, selama sakit yang bertambah parah itu, beliau masih sempat menjadi imam salat bagi kaum muslimin selama 11 hari. Subhanallah… Kemudian, empat hari menjelang wafatnya, pada saat akan mengimami salat Isya’ beliau baru merasakan tiada daya dan meminta untuk digantikan Abu Bakar Ash Shidiq.. Ya Rasulullah, andai kami ada di sana, tentulah kami akan turut merawatmu..
Semakin hari sakit yang beliau rasakan semakin menghebat. Tiga hari menjelang perjumpaan dengan Rabbnya, beliau bertambah tiada daya. Saat itu beliau di rumah salah seorang istrinya, Maimunah. Beliau pun meminta para istrinya berkumpul, “Berkumpullah istri-istriku..” Kemudian berkumpullah istri-istri beliau..
Rasa haru semakin menjadi-jadi, ketika beliau meminta izin kepada para istrinya untuk tinggal di rumah Ummul Mukminin Aisyah ra. “Apakah kalian mengizinkan aku tinggal di rumah ‘Aisyah?” Para istri beliau pun bertambah haru dan berkata, “Kami mengizinkan Anda ya Rasulullah.” Sungguh.. Rasulullah adalah seorang suami yang sangat mencintai istri-istrinya.. Bahkan ketika beliau sakit menjelang wafatnya, beliau pun tidak ingin menyakiti istri-istrinya.. Beliau meminta izin, hanya untuk tinggal di rumah istrinya yang lain, Aisyah..
Kemudian beliau ingin berdiri dan menuju ke rumah Aisyah. Tetapi beliau tidak mampu. Fisik beliau lemah. Ya Allah..
Lalu datanglah menantu beliau yang sangat setia, Ali bin Abu Thalib, dan seorang kerabat beliau yang lainnyapemuda yang sangat baik, Fadhl bin Abbas. Kedua orang ini pun akhirnya membopong Rasulullah saw. ke rumah Aisyah.. Subhanallah.. Ya Rasulullah.. Anda kami ada di sana, tentulah kami akan turut membopongmu.. Salam untukmu ya Rasulullah..
Para sahabat yang melihat kejadian tersebut terkejut bukan main. Mereka tidak pernah melihat Rasulullah dibopong, digendong seperti itu. Sedemikian parahkah sakit Rasulullah. Mereka pun semakin keheranan. “Ada apa dengan Rasulullah? Apa yang terjadi dengan Rasulullah?” Mereka sangat mengkhawatirkan kondisi Rasulullah. Mereka cemas bercampur bingung. Kemudian orang-orang pun berkumpul di Masjid Nabawi dan membicarakan apa yang terjadi sebenarnya.
Di rumah Aisyah, di samping Masjid Nabawi, Rasulullah semakin berkeringat. Seluruh tubuh beliau semakin berkeringat. Kemudian Aisyah menunjukkan rasa cemasnya dan berkata, “Saya belum pernah melihat seorang manusia berkeringat sederas ini..” Maka Aisyah pun mengambil tangan beliau dan mengusap keringatnya dengan tangan Rasulullah saw. Kemudian Aisyah berkata, “Sesungguhnya tangan Rasulullah lebih mulia dan lebih lembut daripada tanganku. Oleh karena itu aku mengusap keringat beliau dengan tangannya bukan dengan tangaku.”
Lalu Aisyah berkata, “Aku mendengar beliau berkata: Laa ilaaha illallaah.. Sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat.. Laa ilaaha illallaah.. Sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat..”
Kemudian di masjid terdengar suara gadu. Orang-orang yang berkumpul mulai ribut dan kebingungan dengan kondisi Rasulullah saw. sehingga mereka pun gaduh. Rasulullah yang mendengarnya bersabda, “Ada apa ini?” Kemudian Aisyah berkara, “Mereka mengkhawatirkan Anda ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw. minta diantar menuju masjid dan berdiri di atas mimbar dan bersabda, “Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia. Tempat perjanian kalian dengan aku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sesungguhnya seolah-olah aku sekarang sedang melihat kepadanya di depan aku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian. Tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian sehingga kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba mendapatkannya. Dan dunia itu membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Kemudian beliau bersabda, “Allah.. Allah.. Salat..Allah.. Salat.. Allah..” Beliau terus menerus mengulang kata tersebut. Kemudian beliau bersabda lagi, “Wahai manusia, aku wasiatkan kepada kalian agar berbuat baik terhadap kaum wanita.” Inilah dia.. Dua wasiat Rasulullah yang memerintahkan kepada umat Islam agar memelihara salatnya dan memuliakan wanita.. Subhanallah..
Beliau kemudian bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah swt. telah memberikan pilihan kepadanya, antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Para sahabat yang mendengarnya, tidak paham apa yang dimaksudkan Rasulullah kecuali Abu Bakar Ash Shidiq. Adalah kebiasaan para sahabat, ketika Rasulullah sedang berbicara maka mereka mendengarkan. Tetapi, ketika Rasulullah berkata seperti itu, Abu Bakar pun tidak dapat menahan diri dan hanyut dalam keharuan yang luar biasa, sehingga dia pun menangis sesenggukan.
Abu Bkaar berkata, “Kami tebus Anda dengan bapak-bapak kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan ibu-ibu kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan anak-anak kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan istri-istri kami ya Rasulullah.. Kami tebus Anda dengan harta-harta kami ya Rasulullah..” Subhanallah.. Wallahu Akbar.. Ya Rasulullah salam atasmu..
Bagi para sahabat, Rasulullah lebih berharga dari ayah, ibu, anak, dan hara mereka.. Bagaimana dengan kita.. Ya Allah…
Abu Bakar mengulang-ulang kalimat tersebut sambil menagis di hadapan Rasulullah. Para sahabat pun ikut menangis. Tetapi mereka pun heran, bagaimana mungkin seorang sahabat yang paling dekat dengan rasulullah berani memotong pembicaraan beliau..
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Wahai manusia, tidak ada seorang pun di antara kalian di sisi kami yang memiliki keutamaan, melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar. Aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah swt. Setiap pintu menuju masjid ditutup, kecuali pintu Abu Bakar tidak ditutup selama-lamanya.”
Kemudian mulailah beliau berdoa, “Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah melindungi kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan dan menjaga kalian.” Subhanallah… Bahkan menjelang sakaratul maut beliau pun masih mendoakan kita. Lalu bagaimana dengan kita? Berapa banyal larangan yang beliau sampaikan kepada kita tetapi kita mengabaikannya? Masya Allah…
Ada sebuah kisah yang dituturkan Ibnu Abbas. Suatu ketika Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah dengan izin-Nya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku di antara kamu semua, hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qishas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari Kiamat nanti.”
Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama Ukasyah Ibnu Muhsin. Ia berdiri di hadapan Nabi s.a.w sambil berkata:
“Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu ya Rasullah. Kalau tidaklah karena engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku akan berani tampil untuk memperkenankannya sesuai dengan permintaanmu. Dulu, aku pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka aku pun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung-sampingku; saya tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak ya…Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri ?”
Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi ke rumah Fatimah, ”Supaya Fatimah memberikan kepadaku cambukku ” kata beliau Bilal segera ke luar Masjid dengan tangannya diletakkannya di atas
kepalanya. Ia heran dan tak habis pikir, “Inilah Rasulullah memberikan kesempatan mengambil qishas terhadap dirinya!” Diketoknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari dalam : “Siapakah diluar?”, “Saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasullah” jawab Bilal.
”Duhai Bilal, apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya Fatimah kepada Bilal. “Ya Fatimah! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengambil qishas terhadap dirinya ” Bilal menegaskan.
“Siapakah pula gerangan orang itu yang sampai hati mengqishas Rasulullah?” tukas Fatimah keheranan. Biarlah hamba saja yang menjadi ganti untuk dicambuk. Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk Masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan Rasulullah pun menyerahkannya ke tangan ‘Ukasyah.
Suasana mulai tegang… Semua sahabat bergerak…. Semua berdiri…. Jangankan dicambuk, dicolek saja, ia akan berhadapan dengan kami. Mungkin begitu mereka bicara dalam hati. Semua mata melotot. Memandang Ukasyah dan sebilah cambuk.
Saat itulah, Abu Bakar dan Umar r.a. bicara, “Hai ‘Ukasyah! kami sekarang berada di hadapanmu, pukul qishas-lah kami berdua, dan jangan sekali-kali engaku pukul Rasulullah saw!”
Mungkin saat itu Umar meraba pedangnya. Seandainya saja, diizinkan akan aku penggal kepala orang yang menyakiti Rasulullah.
Rasulullah menahan dua sahabatnya. Berkata sang pemimpin yang dicintai ini, “Duhai sahabatku, Duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”
Kemudian berdiri pula Ali bin Abu Thalib sambil berkata. Kali ini lebih garang dari sahabat Abu Bakar: ”Hai Ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di hadapan Rasulullah. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan qishas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka qishaslah aku dengan tangnmu dan deralah aku dengan tanganmu sendiri!”
Ali tampil ke muka. Memberikan punggungnya dan jiwa serta cintanya buat orang yang dicintainya. Subhanallah… ia tak rela sang Rasul disakiti. Ia merelakan berkorban nyawa untuk sang pemimpin. Nabi pun menahan. ”Allah swt telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”
Ali surut, bergantianlah kemudian tampil dua kakak beradik, Hasan dan Husein. ”Hai Ukasyah! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan qishaslah kami dan itu berarti sama juga dengan mengqishas Rasulullah sendiri!”
Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan berkata “Duduklah kalian berdua, duhai penyejuk mataku!” Dan akhirnya Nabi berkata : “Hai ‘Ukasyah! pukullah aku jika engkau berhasrat mengambil qishas!” “Ya Rasul Allah! sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain di badanku” Kata Ukasyah. kembali suasana semakin panas dan tegang. Semua orang berpikir, apa maunya si Ukasyah ini. Sudah berniat mencambuk Rasul, ia malah meminta Rasul membuka baju. “Kurang ajar sekali si Ukasyah ini. Apa maunya ini orang…”
Tanpa bicara…. Tanpa kata… Rasulullah membuka bajunya. Semua yang hadir menahan napas… Banyak yang berteriak sambil menangis… Tak terkecuali…. Termasuk Ukasyah… Ada yang tertahan di dadanya. Ia segera maju melangkah, melepas cambuknya.
Tatkala ‘Ukasyah melihat putih tubuh Rasulullah dan tanda kenabian di punggungnya, ia segera mendekap tubuh Nabi sepuas-puasnya sambil berkata : “Tebusanmu adalah Rohku ya Rasulallah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengqishas engkau ya Rasul Allah ? Saya sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah swt dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka”
Akhirnya berkatalah Nabi saw “Ketahuilah wahai para sahabat ! barangsiapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada pribadi laki-laki ini!” Lantas bangkit berdirilah kaum Muslimin beramai-ramai mencium ‘Ukasyah di antara kedua matanya. Rasa curiga berubah cinta. Buruk sangka berubah bangga. Berkatalah mereka, “Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah saw di surga kelak!”
Dan perkataan terakhir beliau sebelum turun dari atas mimbar, “Wahai manusia sampaikan salamku kpada orang yang mengikutiku di antara umatku hingga hari kiamat.”Setelah itu beliau kembali dibawa masuk ke dalam rumah. Subhanallah… Sungguh kecintaan beliau terhadap kita (umatnya) begitu besar.. Tetapi kita.. Seringkali durhaka kepada beliau.. Masya Allah..
Kemudian masuklah Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shidiq. Di tangannya ada siwak. Beliau melihat terus ke arah siwak itu, tetapi serasa tidak mampu untuk mengatakannya. Ya Allah…
Kemudian Aisya paham maksud Rasulullah saw. itu, dan Aisyah pun mengambil siwak yang ada di tangan Abdurrahman bin Abu Bakar dan memberikannya kepada Rasulullah saw. hingga yang terakhir kali masuk ke dalam perut Rasulullah saw. adalah air ludahnya..
Kemudian pada tanggal 12 Rabiul Awwal pagi hari, datanglah Fatimah binti Rasulullah saw. Fatimah pun menangis saat masuk ke kamar Rasulullah saw. Dia menangis setiap kali menemui Rasulullah saw. Beliau berdiri dan menciumnyadi antara kedua matanya. Setelah itu beliau tidak mampu berdiri lagi. Kemudian beliau memerintahkan Fatimah untuk mendekat kepadanya seraya berkata, “Mendekatlah kemari wahai Fatimah.” Beliau pun membisikkan sesuatu di telinga Fatimah. Kemudian Fatimah pun menangis. Setelah itu beliau bersabda kembali, “Mendekatlah lagi kemari wahai Fatimah.” Maka Fatimah pun mendekat, dan Rasulullah membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah, dan Fatimah pun tersenyum.
Setelah wafatnya Rasulullah saw., Fatimah pun bercerita, “Pertama kalinya beliau berkta kepadaku: Wahai Fatimah aku akan meninggal malam ini. Maka aku pun menangis. Saat beliau melihatku menangis, beliau pun membisikkan lagi kepadaku: Engkau adalah keluargaku yang akan pertama kali bertemu dengaku. Maka aku pun tersenyum.”
Kemudian Rasulullah memanggil Hasan dan Husein. Beliau menciumnya dan memberikan wasiat kepada keduanya. Lalu Rasulullah memanggil semua istrinya dan memberikan wasiat serta nasihat kepadanya. Kemudian beliau pun memanggil orang-orang dan berwasian kepada mereka agar menjaga salatnya. Beliau terus menerus mengulang-ulang wasiat beliau itu.
Hingga rasa sakit pun semakin menghebat. Beliau pun memerintahkan agar orang-orang keluar, “Keluarlah kalian.” Kemudian beliau bersabda, “Mendekatlah wahai Aisyah. Beliau pun bersandar di dada Aisyah kemudian beliau bersabda, “Bahkan Ar Rafiqul A’la.. Bahkan Ar Rafiqul A’la..” Seolah-olah beliau disuruh memilih kehidupan dunia atau Ar Rafiqul A’la..
Kemudian masuklah Malaikat Jibril as. Menemui Rasulullah saw., “Malaikat Maut ada di depan pintu. Dia meminta izin untuk menemuimu. Dia tidak pernah minta izin kepada orang lain selainmu.” Maka beliau bersabda, “izinkah untuknya wahai Jibril.” Kemudian masuklah Malaikat Maut, “Assalammu’alaikum wahai rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberi pilihan kepadamu apakah ingin memilih kehidupan dunia atau bertemu dengan Allah di kehidupan akhirat.” Kemudian beliau bersabda, “Aku memilih Ar Rafiqul a’la.. aku memilih Ar Rafiqul A’la.. Bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah: yaitu para nabi, para shiddiqin, para syahada’, dan para orang-orang saleh. Mereka itulah sebaik-baik teman”
Berdirilah Malaikat Maut di sisi kepala Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai ruh yang baik, ruh Muhammad bin Abdullah. Keluarlah menuju keridhaan Allah menuju Rabb yang tidak murka dan yang ridha..”
Aisyah menceritakan, “Maka jatuhlah tangan beliau dan semakin beratlah kepala beliau di dadaku. Maka aku pun mengetahui bahwa beliau telah wafat. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selain keluar dan memberitahu orang-orang bahwa Rasulullah telah wafat. Kemudian terdengarlah tangisan orang-orang dari arah dalam masjid. Ali bin Abu Thalib terkejut hingga terduduk mendengar berita tersebut. Usman bin Affan seperti anak kecil yangggerak-gerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Ada pun Umar berkata: Jika ada orang yang mengatakan Rasulullah telah meninggal, maka akan ku potong lehernya dengan pedangku. Beliau hanya pergi menemui Rabbnya dan akan kembali sebagaimana Musa menemui Rabbnya.”
Yang paling tegas adalah Abu Bakar. Ketika mendengar perkataan Umar, dia segera menemuinya dan berkata, “Barang siapa menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Barangsiapa menyembah Allah, Dia tidak akan binasa. Allah berfirman: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul . Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang ? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.’ (QS Ali Imran 144).” Seketika itu, Umar pun terjatuh seolah-olah belum pernah mendengar ayat itu.
Innalillahi wa inna ilaihi raa ji’uun.. Orang yang paling kita cintai, Rasulullah wafat pada waktu Dhuha tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 H pada usia 63 tahun. Semoga salam dan salawat selalu tercurahkan kepadamu ya Rasulullah..
Kamis, 05 Januari 2012
~★★ HINDARI PENULISAN ASS,ASSKUM, MOHD, MOSQUE,4JJI, MECCA !! ★★~
Bismillahirrohmannirrohim
Bagi akhy wa Ukhty yang
masih suka menggunakan
kata ...
-> ''Ass,Askum ''dalam
ucapan salam.
->''Mohd'' untuk panggilan
nama Nabi MUhammad.
->''Mosque'' untuk panggilan
sebuah masjid.Bagi akhy
wa Ukhty yang masih suka
menggunakan kata ...
->''4JJI'' untuk panggilan
Allah SWT.
->''Mecca'' untuk sebutan
Mekah.
Gunakan sesuai dengan
aturannya yuuuk...!!
Karena arti dari kata
tersebut adalah >>>
Bismillah..
Jika kita seorang
Muslimah,alangkah
baiknya mengindahkan hal
yang mungkin kita anggap
kecil tapi besar makna dan
pengaruhnya.
*janganlah bilang Mosque
tapi Masjid,karena
Organisasi islam
menemukan bahwa
Mosque adalah nyamuk.
...*jangan menulis MECCA
tapi MEKAH,karena MECCA
adalah rumah anggur/bir.
*jangan menulis MOhd tapi
Muhammad,karenaMohd,.
Adalah anjing bermulut
besar.
*jangan menulis 4JJI tapi
Allah Subhana Wa Ta'ala,karena 4JJI
aRtinya for judas Jesus Isa
al masih.
*jangan menulis Ass atau
Askum dalam salam tetapi
Assalammu'alaikum
(karena salam adalah
doa,atau jika tidak sempat
lebih baik tidak sama
sekali), karena Ass artinya
pantat mu (maaf), dan Askum
artinya celakalah kamu.
Astaghfirullah. Ternyata artiny sangat2 "MENGERIKAN"
Semoga bermanfaat.. Masih ada yg pengen nyingkat kata2 d atas??
NOTE & SHARE .... UKHTY SNOW FLAKES & UKHTY LA TAHZAN
___________________¶¶¶¶¶¶¶¶¶
_______________¶¶¶¶¶777777¶¶¶
_____________¶¶¶77777¶¶¶¶¶¶7¶¶¶
____________¶¶777¶¶¶¶¶77777¶¶¶77¶¶¶¶
____________¶¶¶¶7777777¶¶¶¶¶777¶¶7¶
_____________¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶777777¶¶77¶
_____________7777777777777777¶¶777¶
_____¶¶____¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶777¶¶77¶¶77777¶
_______¶¶___¶¶777777¶¶¶77777¶777777¶¶
________¶¶___¶¶77777777¶¶77¶¶7777777¶
_________¶____¶¶77777777777¶77777777¶
________¶¶_____¶7777777777¶¶77777777¶
_______¶¶______¶¶777777777¶777777777¶
______¶_________¶¶7777777¶¶77777777¶¶
_____¶___________¶¶7777777777777777¶
____¶______________¶¶7777777777777¶¶
___¶_________________¶¶¶¶777777¶¶¶¶
__¶¶_________________¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
_¶¶__________________¶¶___¶¶¶¶¶__¶¶
_¶¶________¶¶¶¶¶______¶____¶¶¶____¶
_¶¶______¶¶____¶¶¶_________¶¶¶
_¶¶_____¶________¶¶________¶¶¶__¶¶¶¶¶¶¶a
__¶¶____¶_________¶¶______¶¶¶_¶¶¶§§§§§§¶¶¶
___¶____¶¶__¶¶_____¶_¶___¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶§§§§§§§¶
____¶¶___¶¶___¶¶__¶¶_¶¶_¶¶¶__¶§§§§§¶¶¶§§§§§¶
_____¶¶____¶¶¶____¶¶_¶¶¶¶¶____¶¶§§§§§§¶¶¶§§¶
______¶¶_________¶¶__¶¶¶________¶¶¶§§§§§§¶¶¶
________¶¶¶____¶¶¶__¶¶¶____________¶¶¶¶¶¶¶¶¶
__________¶¶¶¶¶¶___¶¶¶
__________________¶¶¶Lihat Selengkapnya
Langganan:
Postingan (Atom)